Minggu, 19 Desember 2010

CAYO ..........TIMNAS INDONESIA !!!!!!

Bravo Timnas Indonesia
Senin, 20 Desember 2010 | 02:31 WIB
Pendukung tim nasional Indonesia merayakan kemenangan setelah tim nasional mereka mengalahkan Filipina 1-0 pada pertandingan semifinal Piala Suzuki AFF 2010 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (19/12). Dengan kemenangan itu, Indonesia akan berhadapan dengan tim nasional Malaysia pada pertarungan final tanggal 26 dan 29 Desember.
Jakarta, Kompas - Bravo Tim Nasional Indonesia! Untuk kedua kali dalam 180 menit pada dua laga semifinal, Cristian Gonzales menjebol gawang Filipina sehingga mengantar Indonesia ke final Piala Suzuki AFF 2010. Di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Minggu (19/12), Gonzales mencetak gol tunggal.
Lambaian tangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, lompatan kecil Ny Ani Yudhoyono di tribune VIP, serta luapan kegembiraan sekitar 85.000 pendukung Indonesia di stadion ditambah jutaan pemirsa televisi melengkapi kegembiraan Firman Utina dan kawan-kawan di lapangan.
Indonesia secara perkasa lolos ke final dengan rekor sempurna, menang lima kali dari tiga partai penyisihan grup dan dua pertandingan tandang dan kandang di semifinal.
Gonzales, pemain naturalisasi, memperlihatkan tidak salah kalau PSSI bersusah payah mendapatkan kewarganegaraan Indonesia baginya di hari-hari terakhir menjelang bergulirnya Piala Suzuki AFF. Pemain kelahiran Montevideo, Uruguay, ini akhirnya membuktikan kepiawaiannya di kotak penalti sebagai goal getter ulung.
Dalam pertemuan pertama, Gonzales juga merobek gawang Filipina lewat sundulan. Indonesia akhirnya lolos ke partai puncak menghadapi Malaysia dengan kemenangan agregat gol, 2-0, atas Filipina.
Seusai pertandingan semalam, para pemain berpelukan sebelum melakukan lap of honour sebagai bentuk terima kasih atas dukungan penonton yang menghadirkan atmosfer luar biasa di stadion. Bahkan, ofisial dan pemain Filipina ikut memberikan aplaus kepada penonton sebelum masuk ruang ganti.
”Kami ingin mengucapkan terima kasih pada dukungan penonton yang luar biasa,” kata Firman Utina, kapten tim Indonesia.
Pelatih Indonesia Alfred Riedl mengatakan, pertarungan di final bakal berlangsung sulit, ketat, dan berimbang. ”Ini akan jadi final yang sulit di antara dua tetangga. Peluang kami 50 persen, sementara 50 persennya untuk Malaysia. Kami memang pernah menang 5-1, tetapi laga itu sebenarnya berimbang. Pada 24 Desember kami akan berangkat ke Malaysia, tetapi malam ini juga kami mulai bersiap,” papar pelatih asal Austria ini.
Laga final pertama akan digelar pada 26 Desember di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur. Indonesia untuk pertama kalinya akan bertanding di kandang lawan, di tengah tekanan pendukung Malaysia. ”Tetapi kami tidak takut. Saya kira suporter Indonesia lebih galak (dibanding Malaysia). Kami sudah terbiasa menghadapi hal itu. Kami tidak takut. Kami bertekad untuk juara,” ujar Firman.
Terus menekan
Seperti dijanjikan Riedl sebelum laga, tim asuhannya bakal tampil menyerang. ”Ini pertandingan yang berat, laga yang tidak bagus buat kesehatan jantung. Lawan memang sangat sulit dihadapi, terutama set piece mereka,” ujar Riedl.
Riedl membuat perubahan strategi dengan membangkucadangkan Irfan Bachdim dan menggantikannya dengan Yongki Ariwibowo, berpasangan dengan Cristian Gonzales sebagai striker. Ini adalah satu-satunya perubahan skuad yang dilakukan Riedl dari tim pada semifinal pertama.
Laga memasuki menit ke-11, Indonesia yang kini bertindak sebagai tuan rumah mendapatkan peluang. Gonzales terlepas di kotak penalti setelah mendapatkan umpan terobosan Yongki. Gonzales berusaha melewati kiper Neil Etheridge, tetapi kiper Fulham itu berhasil merebut bola dari Gonzales. Sembilan menit kemudian, Gonzales kembali mendapatkan peluang, tetapi sundulannya diantisipasi Etheridge.
Setelah membuang setidaknya lima peluang, Gonzales akhirnya berhasil memecah kebuntuan menit ke-43. Gonzales menguasai bola di luar kotak penalti dan mendapatkan kesempatan untuk menendang. Tendangan pertamanya dapat diblok bek Filipina.
Bola memantul kembali ke arah Gonzales yang langsung melepaskan tendangan melengkung dari jarak sekitar 20 meter melewati jangkauan Etheridge. Gol itu membuat sekitar 85.000 suporter yang memadati Gelora Bung Karno meledak dalam kegembiraan.
Filipina tidak menyerah begitu saja. Meski terus mendapat tekanan pada babak kedua, mereka berhasil mendapatkan peluang, terutama lewat umpan satu dua (set pieces).
Filipina mendapatkan peluang dari cara ini pada menit ke-15 setelah Alexander Borommeo bisa menyundul bola dari depan mulut gawang. Beruntung sundulannya melambung di atas mistar gawang Indonesia.
Pelatih Filipina Simon McMenemy mengatakan, ia masih terkesima dengan atmosfer Gelora Bung Karno yang luar biasa. ”Sungguh fans yang luar biasa. Ini adalah pengalaman yang menakjubkan,” katanya.
Tak boleh grogi
Menurut Riedl, pemainnya grogi pada babak kedua melawan Filipina sehingga banyak melakukan kesalahan. Para pemain Merah-Putih memang terlihat panik, terutama sekitar 30 menit terakhir pertandingan. Mereka melakukan banyak kesalahan umpan, pelanggaran yang tidak perlu, serta membuang-buang bola yang memberi peluang ke Filipina melakukan set pieces.
”Pemain terlihat grogi pada babak kedua, banyak melakukan kesalahan individu. Sayangnya, kami tidak bisa mencetak gol kedua yang bakal membuat laga lebih mudah,” ujar Riedl.
Ia menandaskan, menghadapi Malaysia di partai final, hal itu tidak boleh terulang lagi. ”Para pemain harus bisa mengendalikan diri. Mereka tidak boleh lagi grogi dan tegang melawan Malaysia di final. Pemain harus bisa mengontrol hal ini,” katanya.
Riedl mengaku belum bisa berkomentar banyak soal tim Malaysia saat ini. ”Kami sudah melihat Malaysia lawan Vietnam, tetapi kami belum bisa mempelajari lebih banyak karena selama ini kami fokus untuk menghadapi Filipina,” kata Riedl.
Sumber dari Kompas

Jangan Abaikan Mahasiswa Miskin

Abaikan Mahasiswa Miskin, Diberi Sanksi
Sabtu, 18 Desember 2010 | 21:50 WIB

Menteri Pendidikan M Nuh menyatakan, jika pemerintah tidak segera mengintervensi kebijakan pendidikan, sangat dimungkinkan para mahasiswa dari keluarga menegah bawah akan mengalami proses pemiskinan secara sistematik.

 - Semua perguruan tinggi negeri di Indonesia wajib menampung 20 persen mahasiswa dari keluarga tidak mampu dari segi ekonomi dalam setiap penerimaan mahasiswa baru di semua jurusan mulai 2011.
Sanksi tersebut dapat berupa pengurangan anggaran keuangan yang diberikan pemerintah kepada peguruan tinggi negeri serta sanksi sosial dari masyarakat yang menilai kepedulian setiap kampus.
-- Menteri Pendidikan Profesor Muhammad Nuh
"Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, semua perguruan tinggi negeri wajib menampung 20 persen mahasiswa miskin yang mempunyai kompetensi akademik yang memadai," kata Menteri Pendidikan Nasional, Profesor Muhammad Nuh, di Semarang, Sabtu (18/12/2010).
Hal tersebut dikatakan Mendiknas usai melantik Rektor Universitas Diponegoro Semarang Profesor Soedharto Prawata Hadi dan Rektor Universitas Negeri Semarang Profesor Sudijono Sastroatmodjo.
Ia mengatakan, kebijakan itu berdasarkan fakta di lapangan terkait jumlah mahasiswa dari keluarga menengah bawah yang menuntut ilmu di perguruan tinggi.
"Pada 2003, jumlah mahasiswa miskin di seluruh Indonesia hanya 0,98 persen, sedangkan 2008 sebesar 3 persen dan 2009 meningkat menjadi enam persen," katanya.
Menurut Mendiknas, jumlah tersebut masih sangat kecil dibandingkan jumlah mahasiswa yang berasal dari keluarga menengah atas yang berkesempatan menuntut ilmu di perguruan tinggi negeri.
Oleh karena itu, katanya, jika pemerintah tidak segera melakukan intervensi kebijakan, sangat dimungkinkan para mahasiswa dari keluarga menegah bawah akan mengalami proses pemiskinan secara sistematik.
"Untuk itulah, setiap perguruan tinggi negeri bertekad harus menjemput bola dengan mendatangi kantong-kantong mahasiswa yang memiliki kompetensi akademik namun tidak mempunyai kemampuan finansial," katanya.
Selain mewajibkan perguruan tinggi negeri menampung 20 persen mahasiswa miskin, pemerintah juga memberikan beasiswa bagi 20.000 mahasiswa dari keluarga menengah bawah di semua jurusan tanpa terkecuali sejak tahun 2010.
Beasiswa yang akan diteruskan pada tahun ajaran 2011 tersebut berupa pembebasan biaya pendidikan selama empat tahun serta pemberian uang Rp 500-600.000 per bulan kepada mahasiswa miskin.
Mendiknas menyebutkan, tetap akan ada sanksi bagi pelanggar aturan tersebut meskipun tidak tercantum dalam peraturan pemerintah yang mengatur tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan.
"Sanksi tersebut dapat berupa pengurangan anggaran keuangan yang diberikan pemerintah kepada peguruan tinggi negeri serta sanksi sosial dari masyarakat yang menilai kepedulian setiap kampus," ujarnya.
Menurut Mendiknas, sudah saatnya mengubah paradigma bahwa mahasiswa miskin dilarang atau tidak bisa mengikuti kuliah di perguruan tinggi negeri.
"Sudah saatnya kita memberikan ’karpet merah’ kepada para mahasiswa yang tidak mampu agar bisa menuntut ilmu di perguruan tinggi negeri," kata Mendiknas
Sumber : Kompas